I am Indonesian's Bioengineer : Orang yang masuk ITB itu waktu SMA-nya ngapain aja...:
sehingga berbahaya kalau membacanya cuma sekilas
1. Ahli Bimbel atau Pakar Bimbel
Sebenernya awal mula menulis tulisan ini tuh mau membahas topik ini
doang, topik tentang ahli bimbel. Namun karena banyak pikiran
melayang-layang datang tanpa diundang membuat topik ini menjadia
melebar.
Foto di depan Gerbang ITB Ganesha
Sebenernya Kemampuan fundamental saat ikut SBMPTN dan seleksi ITB
tentunya adalah mengerjakan soal. Mau gimana lagi, saat tes aja langsung
disuguhi lembaran soal yang entah berapa banyak soalnya. Dulu malah pas
seleksi USM ITB malah aku dapet soal tes yang mirip sekali dengan
koran, karena saking banyaknya.
Paham teori saja tidak menjamin, karena ujung-ujungnya kalau tidak bisa
ngerjain soal SBMPTN juga tidak akan diterima. Namun sebaiknya paham
teori sekaligus bisa menerapkan teori tu dalam soal-soal. Mengapa?
Karena ada beberapa orang yang setelah masuk ITB kelabakan saat
ujian-ujian di ITB, karena di ITB bisa mengerjakan soal saja tidak
cukup, teori menentukan keberhasilan mengerjakan soal yang
hitung-hitungan.
Jadi, percaya deh apa yang kamu lakukan selama di SMA tidak akan percuma setelah diterima disebuah kampus.
Terus mengapa anak-anak bimbel banyak diterima di kampus-kampus impian
mereka? Kalau menurut pandangan pribadi saya sih karena mereka selalu
dilatih mengerjakan soal, terus ada pembahasan setelah mengerjakan
soal-soal tersebut. Pada dasarnya yang utama adalah MENGERJAKAN SOAL.
Karena kebanyakan anak itu paham teori setelah mengerjakan soal.
Saya sih tidak menganjurkan ikut bimbel. Dulu malah saya punya misi
pengen membuktikan bahwa tanpa bimbel saya bisa masuk kampus favorit di
Indonesia. Misi ini karena saya agak sakit hati karena bimbel hanya
diperuntukkan untuk yang punya uang (yaiyalah...) sedangkan yang tidak
punya uang seperti saya hanya dapet ilmunya dari sekolah saja dan untuk
bersaing di SNMPTN kemungkinan kalah sama yang ikut bimbel. Dari
semangat itu, saya mulai banyak mengerjakan soal-soal SNMPTN Tahun lalu
secara mandiri. Dulu saya mempunyai targetan tiap minggunya harus
melahap berapa soal. Setelah diterima di ITB baru nyadar telah ngerjain
sekitar 3000-an soal kimia, fisika, biologi, matematika dan soal
STAN(Untuk mengasah logika kita, atau jalan terakhir kalau tidak dapat
universitas #sambilMenyelamMinumAir).
2. Agamis
Anak yang masuk ITB bukan cuma yang suka ngerjain soal atau yang
pinter-pinter, banyak juga yang ahli Ibadah masuk ITB juga. Banyak anak
penghafal al quran atau hafidz yang juga diterima ITB. Seperti yang saya
lihat di Masjid Salman ITB. Banyak tiap sore atau malam yang menguji
hafalannya kepada Hafidz yang lebih tua.
Jadi jangan takut kalau ingin masuk ITB. Ada juga yang sering shalat
tahajud dan shalat dhuha. Tapi niatnya juga harus diperbaiki, jangan
beribadah hanya untuk biar keterima ITB, pahala sama ITB nya malah tidak
dapet entar.
3. Pas SMAnya memang Super Jenius
Mereka belajar tidak belajar tetap aja bisa. Tapi kejeniusan sesorang
tidak menjamin bisa masuk ITB, karena Tuhan Maha Adil. Percayalah!
4. Orang tidak mampu
Banyak anak yang dari keluarga tidak mampu menjadi lebih semangat
belajarnya. Aku dulu malah kepikirannya bahwa semakin besar kampusnya,
semakin banyak beasiswanya :D. Tapi entahlah ini bener atau tidak.
Kalau menurutku, jumlah orang tidak mampu yang masuk ITB semakin lama
semakin bertambah. Ini karena di ITB banyak beasiswa yang kriterianya
cukup ketat, seperti Bidik Misi yang quotanya mencapai 900 pertahun. ITB
menggratiskan seluruh biaya kuliah.
5. Diam-diam menghanyutkan
Pas SMAnya biasanya biasa-biasa aja, ga pernah ranking aataupun ikut
lomba. Tapi pas seleksi masuk ITB, eh malah diterima. Jadi jangan takut
deh masuk ITB :D (ga nyambung)
Kalau ini jangan sampe dicontoh ya...
1. ITB hanya coba-coba, eh ternyata kecantol masuk
Banyak nak sih yang pas pendaftaran masuknya hanya coba-coba. terus di ITB malah bingung mau ngapain, hehe.
2. Anak yang punya cuma 1 fakultas pilihan dan ternyata masuk di pilihan
kedua yang ngisinya aja diisikan temen karena saking ga ada pilihan.
Lumayan banyak sih anak yang pas SMAnya dulu cuma punya 1 pilihan
fakultas saja. Karena saking getolnya pada fakultas tersebut seolah-olah
ga ada fakultas lain deh, dihatinya cuma itu doang. Dan ujung-ujungnya
malah keterima dipilihan kedua yang sama sekali cuma sekedar pengisi
kekosongan. Jadi kalau ngisi pilihan fakultas pikirin juga pilihan
keduanya.
Malah ada juga yang pilihan keeduanya dipilihin teman atau bahkan diisikan temen, hehe.
3. Anak yang ngisi form SNMPTN nitip ke temennya
Ini yang pas SMAnya sadis banget, daftar SNMPTN didaftarin temen. Pokoknya ini kawasan yang tidak boleh dicontoh :D.
4. Anak yang diajak temen daftar ITB malah dianya yang keterima.
Ini yang paling sadis,............................... namun semua orang
berhak masuk ITB. Kalau tidak cukup punya uang untuk kuliah, ada banyak
beasiswa, saya sarankan ikut beasiswa Bidik Misi ITB yang terus
kekurangan orang tidak mampu. Jalan masuk ITB itu banyak, tidak itu-itu
melulu. Kalau punya mimpi untuk masuk ITB, kejarlah. Bagaimanapun jalan
kita untuk masuk ITB aneh-aneh, tapi aku yakin disitu tetep ada suatu
usaha yang membuat orang itu pantas diterima di kampus ini. Buatlah
dirimu pantas diterima!
#syamsGOEStoMASTERagriculturalengineering