Minggu, 17 Februari 2013

Posted by sahal activities On 19.39


Masyarakat Indonesia pada umumnya pasti kenal dengan sosok yang satu ini. Bacharuddin Jusuf Habibie, seorang Ilmuan kelahiran Gorontalo yang telah mengukir sejarah sebagai salah satu putra terbaik bangsa ternyata tak lepas dari sajadah. Hal ini terbukti saat ia menjabat sebagai Menteri Riset dan Teknologi, di dalam kantornya terdapat tempat khusus beribadah lengkap dengan sajadahnya. Hal ini memang bisa dimaklumi, beliau sendiri pernah bertutur bahwa hal itu terjadi karena ia sangat mengagumi ayahnya. Ayah Rudi Habibie (sebutan B.J Habibie) yaitu Aloe Habibie adalah salah seorang pemuka agama, Imam Masjid di daerahnya. Aloe meninggal   saat mengimami sholat dalam posisi sujud, hal itu membuat seluruh anak aloe terkejut, sedih sekaligus kagum, termasuk Rudi. Sejak saat itu Rudi sangat giat beribadah dan mengamalkan ajaran islam.


Sosok Presiden RI ke 3 ini adalah sosok bapak yang bersahaja, murah senyum, dan kata-katanya selalu mencerahkan. Pendiri ICMI (Ikatan Cendikiwan Muslim se-Indonesia) ini merupakan sosok yang kental dengan semangat islam modern. Hal itu yang menjadikan Almarhum H.M Soeharto(dengan segala kontroversinya) memanggilnya pulang  membangun industry pesawat terbang Indonesia. Menurut soeharto, nama habibie dan tingkah lakunya mencerminkan seorang islam. Berbeda dengan muslim yang lain, habibie mengenyam pendidikan dengan model  ala Jerman yang disiplin dan berkualitas berbasis IPTEK. Hal tersebut membuatnya memiliki semangat yang visioner tentang kondisi Indonesia yang mayoritas masyarakatnya beragama Islam.
Tokoh seperti Habibie memang jarang ditemukan di Indonesia. Terlebih dengan segala kecerdasan dan kelebihannya. Menengok pendidikan di negeri kelahiran tokoh dirgantara ini,  Walaupun pendidikan sudah dikatakan “maju” dan lebih modern, namun faktanya terjadi ketimpangan dalam hal pemberian bahan ajar pendidikan. Pendidikan bersubstansi religi hanya diberi alokasi waktu 2 jam dalam seminggu dan lebih banyak mengutamakan substansi yang “dianggap” lebih penting seperti pelajaran sains, padahal sains dan religi merupakan satu integritas yang tak terpisahkan. Akibatnya generasi yang dicetak jauh dari semangat pembangunan dan justru membuat ketimpangan dan krisis social seperti korupsi, kolusi dan nepotisme yang menjalar. Produk-produk pendidikan tersebut memiliki bekal pengetahuan umum yang sangat mumpuni dan menjadi ahli di berbagai bidang, namun karena landasan keimanannya kurang sehingga mereka tidak mengindahkan factor moralitas dalam bekerja.
Umat islam akan maju, bila kita menyelaraskan antara saintek dan religi mejadi perpaduan yang harmoni, hal tersebut telah dibuktikan oleh seorang habibie  bersama  putra-putri terbaik bangsa dengan karya-karyanya di bidang kedirgantaraan. Sungguh ironis sekarang banyak orang cerdas namun tidak memiliki landasan moral yang kuat, banyak orang religious namun tidak mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman. Mari kita berefleksi dan mengambil makna dari perjuangan bapak habibie, mengambil hikmah dan pikiran-pikirannya mengenai kemajuan bangsa dan Negara.

0 komentar: